Rabu, 02 Januari 2013
Pada tahun 1932 di Paris, Marlene Dietrich berjalan di tepian
Sungai Seine. Kepala polisi setempat marah besar pada aktris yang merupakan
legenda film itudan memerintahkan Dietrich meninggalkan tempat itu. Apa
kesalahan sang bintang? Dia tidak melakukan tindak kriminal apapun. Satu-
satunya kesalahannya adalah memekai celana panjang dan jas laki- laki. Untuk
masyarakat Barat, hubungan antara perempuan dengan celana panjang bukan
merupakan hubungan yang mesra sejak awal. Pengalaman Dietrich diatas, seperti
dicatat Schnurnberger dalam Let There Be Clothes, adalah contohnya.
Celana panjang mendapat popularitasnya setelah bintang film
Greta Garbo dan Katherine Hepburn memakai celana panjang dilayar lebar. Namun
busana ini diterima secara luas di Eropa dan Amerika saat terjadi Perang Dunia
II bukan karena semangat membela Negara, melainkan karena perang membuat
produksi stoking menurun. Para perempuan yang engga memperlihatkan kaki mereka
yang tidak berstoking lalau memilih memakai celana panjang.
Meskipun demikian, sampai tahun 1964 seorang pelayan sebuah
bistro kelas atas di New York tidak bersedia member kursi untuk seorang
socialite yang akan makan siang disana. Alasan penolakan, demikian
Schnurnberger adalah karena si perempuan mengenakan celana panjang, walaupun
stelan yang dikenakannyaanggun dan rapi. Enggan menyerah, socialite itu melepas
celana panjangnya dan merndapat kursi, meskipun jaket sebagai padanan celana
panjang itu amat pendek. Rupanya jaket amat mini itu dianggap sebagai pakaian
yang lebih sopan, meskipun memperlihatkan pakaian dalam si perempuan
dibandingkan celana panjang yang menutup hingga mata kaki. Di Amerika,
perempuan dapat mengenakan celana panjang pada saat makan siang, baru setelah
tahun 1972. (Nunik M. Pambudy. Kompas, 19 Juni 2005. Sub judul oleh penulis
sendiri)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar