Sabtu, 30 Juli 2016

Datar

Kosong, tak ada inspirasi sama sekali
Tak ada emosi yang menampakkan lebih keberadaannya
Semuanya sama, datar

Sangat ingin melepaskan ribuan kata, tapi ku tak bisa
Tak ada se-kata-pun yang bisa ku terbangkan
Semuanya sama, datar

Putih abu-abu memang
Aku yang merasakanpun tak paham, bagaimana kamu?

Debaran
Getaran
Degdegan
Dan segala macam energi listrik yang muncul sebabmu pun telah sirna
Tak ada itu semua saat ini

Atau mungkin aku telah pindah?
Aku tak tahu
Aku tak paham, sungguh

Sekali lagi
Hanya Tuhan yang Tahu
Saat ini aku masih di tempat lama, telah pindah, atau hanya berkunjung

Yang jelas aku datar saat ini

Kamis, 21 Juli 2016

Hai

Hai....
Aku ini fans mu
Pengagum senyummu
Penikmat tawamu
Penyantap produksi hurufmu

Hai idola
Selalu ku tunggu kehadiranmu
Selalu ku nanti kedatanganmu
Ku dengarkan baik-baik langkah yang terdengar, berharap itu kamu

Telinga seakan terbuka lebar ketika mendengar celotehmu
Sepasang mata ini tak pernah layu memperhatikan tingkahmu
Seolah bertanya, apa lagi yang akan kau lakukan?

Aku ini fans mu
Menanyakan ketidakhadiranmu
Mengkhawatirkan kabar posisimu

Hai, mengapa kau memilih tak disini?
Tau kah kau, pergimu membawa sepersekian bagian hatiku
Entah engkau yg membawanya, atau aku yang menyelinapkan di ranselmu

Minggu, 17 Juli 2016

Rasa, tolong jangan merusakku

Entah ini apa?
Rasa ini pantas disebut apa?
Perasaan ini untuk siapa?
Memang apa yang ku rasa?

Beberapa waktu lalu dengan sadar aku sangat memujamu
Terlalu sangat, sampai menghancurkan diriku
Ku merasa, getaran rasa terlalu sangat itu merusak hatiku, merubah sikapku dan memutuskan beberapa tali yang telah ku ulur

Bukan diriku yang muncul saat itu
Cemburu, iri dan beberapa penyakit hati lainnya yang telah menggerogoti jiwaku
Lelah? Sungguh lelah, ingin ku lepas semua yang membelenggu, tapi aku teramat memujamu
Bagaimana ini Tuhan?
Perasaan yang dengan sadar mulai tumbuh ini ssmakin merusakku

Tuhan menjawab pertanyaanku
Seakan ada magnet yang menarikku untuk melupakanmu
Entah benar-benar melupakanmu atau tak lagi berfokus padamu
Ada suatu pusaran kuat yang dapat mengalihkan poros rotasiku
Kini aku tak lagi berevolusi di orbitmu

Aku tak tahu apapun, tapi Tuhanku Maha Mengetahui
Aku tak mengerti apapun, tapi Tuhanku Maha Perencana Terbaik dengan caranya agar aku dapat mengerti

Rasa ini berubah, dan aku tak tahu defini perasaan ini
Teruntuk siapapun aku tak tahu
Ku biarkan hatiku mengikuti apa Perintah Tuhanku, karena aku percaya itu tak akan merusakku

Rabu, 13 Juli 2016

Malam

Semilir aroma malam menyengat menusuk hidung
Gemerisik dedaunan menari di hempas angin
Rintik hujan tak kutemui malam ini
Tapi mengapa langit sepi tanpa para pendampingnya?


Sepi datang memicu kehadiran rindu
Imaji ku tentang mu mengudara bersama untaian doa
Melesat cepat dikepakan sayap merpati di malam gelap

Akankah pesan mepati putihku mendapat persetujuan Tuhan?

Senin, 11 Juli 2016

Tak disangka, sungguh mawar

Sekelebat, seakan muncul kembali
Sobekan memori bergesekan halus dengan ilusi
Siapa sangka? Tidak ada yang menyangka

Ku menapik rangkaian mawar yang kau lontarkan
Sebab ku tahu itu bukan mawar, itu hanya ilustrasi mawar yang kau tampakkan

Salah, aku salah
Kau benar melempar mawar
Menyebar, menyemai


Siapa sangka? Tak ada yang menyangka
Sebiji benih menyentuh tanah
Menuai, menunas, membatang dan berdaun
Tapi hujan tak kunjung datang membasahi


Setangkai pohon mawar menunggu hujan menyentuhnya
Atau melayu dan membaur dengan tanah





Kau tak pernah tau, dimana benih yang kau semai akan tumbuh dan berkembang

Minggu, 10 Juli 2016

Kopi Manis Tanpa Gula

Segelas Kopi hitam arabica panas pelepas penat
Katanya, racikan terbaik barista manis
Kopi hitamku tanpa gula, namun terasa manis
Derasnya hujan memadu dengan putaran sendok
Aaaaaaah kopi hitam manis tanpa gula ku
Tak sabar, segera ku raih cangkir putih
Sial, terlalu panas untuk tangan yang membeku karena dinginnya hati
Tumpah,
Kopi hitam manis tanpa gula ku tumpah
Cairan pekat mengalir, menyebar memenuhi meja kayu
Ya sudah, segera ku pesan kembali secangkir kopi robusta untuk menemani hujan yang terus menghujam dari balik jendela

Waktu yang Tepat

Mengutip percakapan siang kemarin
"Kenapa ya 'orang kaya gitu' hadirnya cuma sebentar".

Diperjelas dulu,
'Orang kaya gitu' yang dimaksud itu, seseorang dengan sosok yang menyenangkan, kepribadian unik, pencair suasana, penghangat situasi, humoris, kadang bikin kesyel dan akhirnya bikin baper. Wkwkwk canda.

Kenapa Tuhan menghadirkan sosoknya sangat singkat? Engga bisa ya ditambah lagi waktunya?


Skenario Allah itu luar biasa dahsyat. Allah menghadirkan sosoknya sebagai obat penat, Allah mendatangkan dirinya sebagai penetralisir urat2 pemikiran yang menegang, Allah menghadirkan dirinya sebagai bukti bahwa hidup itu tak selalu serius, tak selalu target, tak selalu laporan.

Allah menghadirkan dirinya di waktu yang tepat, dan menghilangkannya di waktu yang tepat pula.

Ingat! Jalan cerita yang Allah buat itu sungguh istimewa.

Selamat berdoa, semoga Allah menghadirkan kembali obat penetralisir dikemudian hari.

Jumat, 08 Juli 2016

Menulis Cahaya

Kamu pernah bilang, "tanganku akan terus menari mengikuti kata hati, tak pernah buntu, bahkan semakin menjadi sejak kau putuskan untuk tidak lagi manjadi penikmat sajak sajak ini"

Teruslah menulis
Teruslah melukis cahaya
Terus ukir untaian kata
Biarkan menyatu menjadi gelombang rasa yang mengudara di langit cakrawala
Walau dia tak lagi menjadi penikmatnya
Aku janji akan terus menunggu senja melukis cahaya

Sebab, bagiku sajakmu lebih dari cahaya di malam gulita
Teruslah menulis cahaya untuk siapapun