Rabu, 08 Agustus 2012

Kado Untuk Alif

“Tok tok tok, Assalamualaikum.” bunyi ketukan pintu diikuti ucapan salam bersuara mungil.
“Waalaikumsalam” sahut Mira dari dapur yang segera berlari membukakan pintu.
“Eh Alif udah pulang ngajinya?” lanjutnya pada Alif, adiknya.
“Udah ka” jawab Alif sambil kemudian mencium tangan Kakaknya, Mira. “Oh iya Kak, kata Bu Ustadzah besok Hari Ibu ya Kak?”. Lanjutnya penasaran
“Iya, besok tanggal 22 Desember bertepatan dengan Hari Ibu. Ada memangnya Lif?” Jawab Mira santai sambil membuatkan susu untuk adiknya.
“Kata Bu Ustadzah, kita harus berbakti pada Ibu, bantuin Ibu, ga boleh marah-marah sama Ibu, pokoknya lakuin semua yang bikin hati Ibu seneng”. Katanya bersemangat. ”Tapi  Alif bagaimana Kak? Kan Alif ga punya Ibu?”. Ujarnya polos
Mira segera memeluk adiknya dan berkata “Alif punya Ibu, sama seperti yang lain. Tapi bedanya, Allah sangat sayang sama Ibu, jadi Ibu dipanggil Allah untuk berada disisi Allah lebih cepat”. Papar Mira sabar. “Alif mau tau bagaimana cara Alif berbakti sama Ibu, bikin Ibu senang, bikin Ibu bangga sama Alif,mau tau ga?”. Lanjutnya
“Iya iya Kak mau tau” jawabnya bersemangat.
“Sekarang Alif tidur dulu, besok baru Kakak kasih tau. Bagaimana?” tutur Mira sambil mengusap kepala Alif.
Pagi ini tanggal 22 Desember 2011, tepat 5 tahun setelah kematian Aminah, Ibu Mira dan Alif. Mira pun sudah bersiap siap mengajak Alif ke Pemakaman Aminah, Ibunda mereka.
“Kita mau kemana Kak??”. Tanya Alif setelah beberapa saat mereka terdiam.
Mira hanya tersenyum simpul pada anak kecil berusia enam tahun disampingnya. Kemudian Mira menuntun tangan mungil adiknya menuju sebuah nisan bertulisan ‘Aminah binti Mahmud’
“Kak, kok namanya Aminah, sama kaya nama Ibu kita ya ka?” Tanya bocah kecil itu polos.
“Alif. Makam ini memang makam Ibu.” Katanya menjelaskan sambil membelai lembut rambut adiknya itu.
“Assalamualaikum Bu,hari ini Mira datang bersama Alif. Sekarang dia sudah besar. Alif juga jadi anak yang pintar di Sekolah.” Katanya tertahan.”Andai saja Ibu masih bersama kami pasti Ibu bangga.”
 “Kak, bagaimana cara Alif berbakti sama Ibu?”. Pertanyaan itu meluncur dari bibir mungil Adiknya.
“Karena Ibu sudah meninggal, kita sebagai anak cukup mendoakan Ibu saja. Setiap selasai Shalat Alif harus selalu mendoakan Ibu agar mendapat tempat yang baik disisi Allah” jelas Mira
“Oh gitu ya Kak. Kalau begitu kita berdoa untuk Ibu yuk Kak.” Ajaknya.
Merekapun  berdoa diatas pusaran makam Aminah, Ibunya. Setelah menabur bunga, Mira mengajak Alif untuk pulang. Baru beberapa langkah mereka berjalan, tiba-tiba Alif berbalik arah dan kembali ke makan ibunya.
“Oh iya bu, bulan depan Alif ulang tahun. Alif mau ketemu sama Ibu. Datang ya bu pas Alif ulang tahun. Alif sayang Ibu”. cerita Alif sambil mencium nisan ibunya.
Pagi ini rutinitas Mira seperti biasanya, membantu Tante Ani. Beliau adalah Adik Aminah, Ibu mereka. Setelah kematian Aminah, kehidupan Mira dan Alif pun berubah. Ayah yang seharusnya menjadi kepala keluarga dan mencari nafkah untuk mereka pergi begitu saja entah kemana. Kini Mira dan Alif menumpang dengan Tante Ani.
“Mir kamu enggak jemput adikmu di Sekolah, sudah jam 11 tuh.” Ujar Ani mengingatkan Mira
Mirapun segera berpamitan menjemput Alif ke sekolahnya. Jarak sekolah Alif ke rumah cukup jauh, harus menaiki angkutan umum, Mira tidak tega adik kecilnya harus naik angkot sendirian.
Tak lama setelah Mira sampai sekolah Alif, bel pun berbunyi dan Alif keluar dari kelasnya. Namun Mira melihat ada yang lain dari adiknya itu, wajahnya tampak pucat, terlihat darah yang keluar dari hidungnya. Alif mimisan, Iya Alif mimisan, batinnya memastikan
“Astaghfirullahal adzim Alif kamu kenapa Dek?”. Tanyanya panik dan kemudian berteriak minta tolong. “Tolong...... ...tolong.” tak lama kemudian seorang satpam mendekati dan langsung membawa Alif ke UKS

            sesampainya di rumah. Melihat pakaian Alif yang penuh noda darah Ani berkata panik. “kenapa ini Mir?? Koq baju Alif penuh darah begini.”
“Iya Tante, tadi pas pulang sekolah Alif mimisan” jawab Mira sambil membayar ongkos ojek.” Tapi kata guru Alif, ini karena panas dalam Tan.” lanjut Mira.
Tante Ani segera membawa Alif masuk ke dalam dan menggatikan bajunya.
“Apa yang sakit Lif?” Tanya Tante Ani dengan nada khawatir
“Alif gag apa apa kok Tan.” jawab Alif dengan wajah letih.
“Yasudah sekarang Alif istirahat ya nak” ajak tante Ani
            “Tapi Alif mau main sama teman-teman Tan.” sahut Alif
“Nanti ya Nak, setelah bangun tidur Alif baru main, sekarang Alif istirahat dulu”. Katanya membujuk Alif
“Tante Ani....Kak Mira.” Sebuah suara mengagetkan Mira dan Tante Ani yang sedang duduk di teras depan
“Ada apa Put? Kok teriak sambil lari-lari begitu?”Tanya Mira menenangkan.
“Alif Kak ..” jawanya ngos ngosan.”Alif.”
“Ada apa dengan Alif?”
“Alif mimisan dan pingsan di lapangan Kak.”  jawab putri sambil mengatur nafasnya.
“Astagfirullahal adzim”. teriak Mira sambil bangkit dan berlari kearah Lapangan
Segera Mira membawa Alif pulang ke rumah, membersihkan darahnya dan menyadarkan Alif dari pingsannya. Tak henti-henti air mata mengalir di pipinya.  Mira sangat khawatir terhadap Alif, apa yang terjadi kepada Adik kecilnya? Mengapa akhir akhir ini Alif sering sekali mimisan dan pingsan, batinnya.
Akhirnya Tante Ani dan Mira memutuskan untuk memastikan keadaan Alif.
 “Apa yang terjadi pada keponakan saya Dok?” Tanya Tante Ani
“Apakah ada riwayat kanker di keluarga Ibu?” Tanya Dokter balik
“Saya kurang tau Dok, memang kenapa Dok apa yang terjadi pada Alif?” Tante Ani semakin pensaran
Dokter menjelaskan pada Tante Ani bahwa Alif mengidap Leukimia, Kanker Darah.
“Astagfirullah..” ungkapnya kaget, tak terasa air mata mulai mengembang di kedua matanya. Cairan bening itu seolah siap keluar. “Bagaimana bisa Dok??” lanjutnya meminta penjelasan
“Kanker bisa terkena pada siapa saja Bu, apa lagi kalo ada keturunan, dan sepertinya ada riwayat kanker baik dalam keluarganya Alif”. Papar Dokter
“Tapi Alif bisa sembuh kan Dok?” sambar Mira sambil terus memeluk tubuh Alif
“Insya Allah berdoa saja pada Allah, semoga Alif di beri kesembuhan” sahut Dokter menenangkan
Semenjak saat itu Alif sering sekali mimisan dan kemudian pingsan. Sekolahnya menjadi terganggu, banyak teman di sekolah yang tak mau berteman dengan Alif dengan alasan takut tertular katanya.
Tapi untungnya teman rumah tidak menjauhkan Alif, mereka mengerti atas apa yang dijelaskan Bu Ustadzah tentang penyakit yang Alif alami. Walaupun umur mereka terbilang masih kecil, namun rasa kesetiakawanan sudah terlihat jelas pada diri mereka.
Tak mau melihat adik kecilnya menderita sakit yang berkepanjangan, Mira mencari kesana kemari segala macam pengobatan. Tapi semuanya membutuhkan biaya yang mahal, Mira tidak mempunyai banyak uang untuk membayarnya.
“Ya Allah, hamba mohon  sembuhkanlah Alif ya Allah, kasihan anak sekecil itu harus menanggung sakit. Kenapa harus Alif yangf merasakan sakit itu, kenapa bukan hamba?.” Mira mengadu. “Hamba ikhlas bila harus menukar tubuh hamba asalkan Alif kembali sehat. Ya Allah sembukan Alif. Aamiin”. Pintanya selalu dalam setiap do’anya.
“Kak sebentar lagi Alif ulang tahun ka.” Papar Alif sambil mendekati Mira
“Oh iya ya, Alif mau kado apa dari Kakak? Mobil-mobilan,  robot, atau pesawat?” Tanya Mira
“Enggak Kak, Alif enggak mau kado yang seperti itu, Alif mau Ibu ka” jawabnya dengan penuh semangat seolah olah tak ada sakit yang dia rasakan.
“Alif mau Ibu? Maksudnya?” Tanya Mira bingung
“Alif mau ketemu Ibu ka”. Jawabnya singkat
Mira langsung terdiam mendengar permintaan adik satu-satunya itu.
”Alif berdoa pada Allah semoga Alif bisa melihat Ibu. Semoga Allah menghadirkan Ibu di mimpi Alif” sahut Mira
Mira bingung atas permintaan adiknya itu, tapi dia membuang jauh-jauh pikiran negatifnya dan meminta pada Allah semoga Allah selalu melindingi Alif.
Alif berjalan ke dapur untuk menemui Tante Ani.” Tante, Alif boleh minta sesuatu ga?” tanya seketika
Tante Ani langsung menunduk melihat kearah Alif. ”Alif mau apa sayang?”. sambil membelai rambutnya yang sedikit demi sedikit mulai rontok
“Tante, Alif boleh minta baju koko baru enggak?” sahut alif dengan wajah sendu
 Ani terdiam sejenak lalu menjawab dengan pasti. “Boleh kok, besok Tante beliin di pasar yah”. Jawabnya sambil tersenyum, walau hatinya agak sedih melihat kondisi Alif beberapa minggu terakhir ini.
Wajah Alif terlihar sangat gembira, Ani pun ikut senang melihat Alif bahagia.

            besoknya Ani sudah membelikan permintaan Alif.
“Assalamualaikum, Alif ini Tante bawa pesanan Alif.”. Teriak Ani sambil meletakan semua belanjaan di depan pintu
Alif langsung berlari dari kamarnya.”Asik.” teriaknya gembira.”Makasih Tante buat baju kokonya.” Lanjutnya dengan seulas senyum manis yang menghadirkan lesung pipi.
Kegemebiraan jelas tergambar di wajah Alif, kini. Mira berharap raut wajah itu selalu yang ia lihat dari adik kecilnya, Alif.
“Kenapa sih Alif minta baju kokoh sama Tante? Kan kemaren Kak Mira tanya Alif mau apa katanya ga mau apa-apa.” Tanya Mira Penasaran
“Kan kemaren Alif bilang mau ketemu Ibu, Ibu kan ada di sisi Allah kan Kak? Berarti Alif mau ketemu Allah juga. Masa ketemu Allah Alif pake baju yang dulu, udah jelek ka, Alif malu sama Allah baju Alif jelek. Nanti Allah enggak ngijinin Alif buat ketemu sama Ibu.” Papar Alif dengan wajah berseri
Penjelasan Alif barusan membuat mereka berdua sontak kaget. Entah apa yang ada di pikiran Alif sehingga beralasan seperti itu. Alif pun segera membawa baju koko barunya ke kamar. Dan meninggalkan Mira dan Ani dalam kegelisahan mendalam.
Air mata mulai membendung di pelupuk mata keduanya. Mereka bingung apa yang sedang terjadi, mereka tidak tahu apa yang akan terjadi, semuanya mereka serahkan pada Allah semoga Allah memberi yang terbaik kepada Alif.
‘gubrak’
 terdengar suara benda jatuh dari dalam rumah, Mira dan Ani langsung berlari kedalam.hanya Alif yang megusik pikiran meraka. Apa yang terjadi sama Alif?, batin Mira. Ketika membuka pintu kamar, mereka memdapati tubuh mungil tergeletak di atas lantai. Alif pingsan.
“Alif…” teriak Ani sangat keras. Dengan bantukan tetangga, mereka membawa Alif kerumah sakit.
            Sekitar 12 jam koma Alif baru sadar.
“Kak baju baru Alif mana?.” tanyanya langsung setelah membuka mata
“Ada kok Lif, sekarang Alif istirahat ajah dulu, nanti kalo udah sembuh kan Alif bisa pakai baju baru.” Jawab Mira lembut dengan nada tertahan.
“Tante Ani mana Kak?.” Tanya Alif lagi
“Tante Ani pulang dulu kerumah sayang.” Jawab Mira sambil membelai rambut Alif. ”Oh iya, katanya nanti teman-teman Alif mau dating jenguk” lanjut Mira
“Kak tolong telponin Tante Ani, Alif minta bawain tas Alif, baju kokoh baru, foto Ibu, makanan sama susu Alif. Tolong yah Kak.” Pinta Alif.
“Buat apa emangnya Lif?.” Tanya Mira penasaran
“Kan Alif mau ketemu Allah, mau ketemu Ibu jadi Alif harus pake baju bagus. Terus kalo Alif lapar nanti Alif makan apa? Makanya Alif bawa makanan sama susu. Terus kalo misalkan ada yang nanya Ibunya seperti apa wajahnya, Alif tunjukin deh foto Ibu.” Alif memberi penjelasan kepada Mira.
Mendengar apa yang adiknya katakan, Mira tak sanggup membendung air matanya, air matanya keluar dengan deras, Mira pun langsung berlari keluar.
“Ya Allah, aku serahkan semuanya kepada-Mu.” Doa Mira kepada Allah dalam tangisnya.
Tak berapa lama.
“Lif..lif ada temen-temennya datang.” Bisik Ani pada Alif
Pelan-pelan Alif membuka kedua matanya, dia mendapati senyum-senyum semangat dari wajah para sahabatnya. Alifpun membalas dengan seyum pula.
“Alif, kamu baik-baik aja kan? Aku khawatir banget.” Celoteh Putri begitu bawel
“Iya Put aku enggak kenapa-kenapa kok.” jawab Alif santai
“Alif cepet sembuh ya, kita kan mau maen bola bareng kamu lagi.” Sahut Bayu salah satu temen Alif. Alif kali ini tidak menjawab, dia hanya senyum saja.
“Sudah anak-anak ,Alifnya jangan ditanya-tanya terus.” Sambar Bu Ustadzah menasehati anak-anak.
Tante Ani sangat senang dengan kedatangan teman-teman Alif, karena dengan kedatangan mereka membuat Alif gembira. Setelah mereka bersenda gurau, menghibur Alif, memberi semangat untuk Alif, merekapun berpamitan pulang.
“Bu Ani, kita mau pamitan pulang, Alif, Bu Ustadzah sama temen temen pulang dulu ya, Alif cepet sembuhnya.” Papar Bu Ustadzah berpamitan
“Da .. dah Alif” kata teman-teman Alif berbarengan
Alif hanya senyum sambil melambaikan tangan. Ketika teman-teman Alif menuju keluar kamar, tiba-tiba Alif memanggil salah satu temannya. “Putri.” Panggil Alif.
Putri pun menoleh dan menghampiri Alif.
“Put, aku kan mau ketemu Allah, mau ketemu Ibu, aku titip Tante Ani dan Kak Mira ya, aku enggak mau mereka bersedih, aku enggak mau mereka nangis. Tolong jaga mereka ya, demi aku, demi pertemanan kita.” Papar Alif yang semakin membuat air mata Putri semakin deras.
Putri tak menjawab sama sekali, dia hanya menangis dan terus menangis. Alif menghapus air mata yang melewati pipi sahabatnya dan berkata. “Kamu juga enggak boleh nangis.” Sambil menyodorkan jari manisnya ke arah Putri. Putri pun menyambutnya dengan mengaitkan jarinya juga.
Setelah Putri dan teman teman serta Bu Ustadzahnya pulang. Alif menanyakan keberadaan Kak Mira.
“Kak Mira lagi ke Toilet Lif.” Jawab tantenya itu.
Beberapa saat kemudian,Mira datang.  Alif langsung mencium tangan Tante Ani dan Kak Mira.
Tante Ani dan Kak Mira bingung apa yang Alif lakukan, air mata terbendung di kedua mata mereka
“Alif mau shalat, tapi pake baju kokoh baru.” Ujarnya tiba tiba.
Ani dan Mira pun langsung mengiyakan permintaan Alif tanpa berfikir lama.
Setelah bajunya di gantikan Alif meminta Tante dan Kakaknya untuk meninggalkannya sendiri. Dan dalam kebingungan Ani dan Mira menuruti permintaan Alif. Mungkin ia hanya ingi lebih khusyk, iya itu pasti. Batin Mira
Cukup lama mereka diluar ruangan rawat Alif, setiap kali mereka mengintip dari pintu, posisi alif tetap shalat. Akhirnya bi Ani memutuskan untuk masuk untuk memastikan Alif baik-baik saja.
Xxxxx
 “Kakak sayang banget sama Alif, maafin kaka ya selama ini. Maaf karna Kakak belum bisa jagain Alif. Alif akan selalu jadi adik terbaik Kakak.” Ucapnya lirih.
“ Kakak sayang Alif tapi Allah lebih sayang sama Alif. Kalau Alif tetep sama kaka Alif akan terus merasa sakit, tapi kalau Alif sama Allah, Alif enggak akan merasakan sakit lagi. Alif akan mendapat semua yang Alif mau termasuk ketemu sama Ibu.” Lanjutnya agak tercekat
“ Selamat ulang tahun Adikku sayang. Alif dapet kado yang Alif mau, ketemu Ibu. Kak Mira akan selalu sayang Alif. Titip salam ke Ibu, Kakak juga kangen sama Ibu.” Paparnya haru sambil mengusap air mata yang membanjiri wajah ayunya.
“Mira ayo” ajak Ani
“Kakak pulang dulu ya Lif, kaka janji akan sering-sering nengok Alif. Jangan lupa Alif jaga Ibu ya.” Ucapnya sendu dan kemudian berlalu. Hanya meninggalkan jejak langkah ikhlas mengantar kepergian Alif dengan senyum senja mendung. Seakan langit tahu perasaannya.
Selamat jalan Alif...

Xxxxxxx

Created By : Nurul Hasanah
Edited By : Novia Dewi

0 komentar:

Posting Komentar