Sabtu, 28 April 2012
Perkembangan Dana Pembangunan Indonesia
Dari segi perencanaan pembangunan
di Indonesia, APBN adalah konsep perencanaan pembangunan yang memiliki jangka
pendek, karena iyulah APBN selalu disususn setiap tahun.
Maka
secara garis besar APBN terdiri dari pos-pos :
·
Penerimaan, terdiri dari pos penerimaan dalam
negeri dan penerimaan pembangunan.
·
Pengeluaran, terdiri dari pos pengeluaran
rutin dan pengeluaran pembangunan

Meskipun dari PELITA ke PELITA
jumlah tabungan pemerintah sebagia sumber pembiayaan pembangunan terbesar,
terus mengalami peningkatan namun kontribusinya terhadap keseluruhan dana
pembangunan yang dibutuhkan masih jauh dari yang diharapkan. Dengan kata lain
ketergantungan dana pembangunan terhadap sumber lain, dalam hal ini pinjamanan
luar negeri masih cukup besar. Namun demikian mulai tahun terakhir PELITA,
prosentase tabungan pemerintah sudah mulai lebih besar dibanding pinjaman luar
negeri. Hal ini tidak terlepas dari peranan sektor migas yang saat itu sangat
dominan, serta dengan dukungan beberapa kebijakan pemerintah dalam masalah
perpajakan dan upaya peningkatan penerimaan negara lainnya. Untuk menghindari
terjadinya deficit anggaran pembangunan, Indonesia masih mengupayakan sumber
dana dari luar negeri, dan meskipun IGGI ( Inter Govermmental Group on
Indonesia ) bukan lagi menjadi forum Internasional yang secara formal membantu
pembiayaan pembangunan di Indonesia, namun dengan lahirnya CGI ( Consoltative
Group on Indonesia ) kebutuhan pinjaman luar negeri sebagai dana pembangunan
masih dapat diharapkan. Yang perlu diingat bahwa sebaiknya pinjaman tersebut
ditempatkan sebagai pelengkap pembangunan dan peran tabungan pemerintahlah yang
tetap harus dominan, bukan sebaliknya.
Proses Penyusunan Anggaran
Proses
penyusunan anggaran di bagi menjadi 2 :
1.
Dari atas ke bawah
Merupakan proses penyusunan anggaran tanpa penentuan tujuan sebelumnya dan tidak berlandaskan teori yang jelas. Proses penyusunan anggaran dari atas ke bawah ini secara garis besar berupa pemberian sejumlah uang dari pihak atasan kepada para karyawannya agar menggunakan uang yang diberikan tersebut untuk menjalankan sebuah program.
Merupakan proses penyusunan anggaran tanpa penentuan tujuan sebelumnya dan tidak berlandaskan teori yang jelas. Proses penyusunan anggaran dari atas ke bawah ini secara garis besar berupa pemberian sejumlah uang dari pihak atasan kepada para karyawannya agar menggunakan uang yang diberikan tersebut untuk menjalankan sebuah program.
Terdapat 5 metode penyusunan anggaran dari atas ke bawah :
1) Metode
kemampuan adalah metode dimana perusahaan menggunakan sejumlah uang yang ada
untuk kegiatan operasional dan produksi tanpa mepertimbangkan efek pengeluaran
tersebut.
2) Metode
pembagian semena-mena merupakan proses pendistribusian anggaran yang tidak lebih
baik dari metode sebelumnya. Metode ini tidak berdasar pada teori, tidak
memiliki tujuan yang jelas, dan tidak membuat konsep pendistribusian anggaran
dengan baik.
3) Metode
persentase penjualan menggambarkan efek yang terjadi antara kegiatan iklan dan
promosi yang dilakukan dengan persentase peningkatan penjualan di lapangan.
Metode ini mendasarkan pada dua hal, yaitu presentase penjualan dan sejumlah
pengembalian yang diterima dari aktivitas periklanan dan promosi yang
dilakukan.
4) Melihat
pesaing karena sebenarnya tidak ada perusahaan yang tidak mau tahu akan keadaan
pesaingnya. Tiap perusahaan akan berusaha untuk melakukan promosi yang lebih
baik dari para pesaingnya dengan tujuan untuk menguasai pangsa pasar
5)
Pengembalian investasi (Return of investment)
merupakan pengembalian keuntungan yang diharapkan oleh perusahaan terkait
dengan sejumlah uang yang telah dikeluarkan untuk iklan dan aktivitas promosi
lainnya. Sesuai dengan arti katanya, investasi berarti penanaman modal dengan
harapan akan adanya pengembalian modal suatu hari.
2.
Dari bawah ke atas
Merupakan proses penyusunan anggaran berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan anggaran ditentukan belakangan setelah tujuan selesai disusun.Proses penyusunan anggaran dari bawah ke atas merupakan komunikasi strategis antara tujuan dengan anggaran.
Merupakan proses penyusunan anggaran berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan anggaran ditentukan belakangan setelah tujuan selesai disusun.Proses penyusunan anggaran dari bawah ke atas merupakan komunikasi strategis antara tujuan dengan anggaran.
Terdapat 3 metode dasar proses penyusunan anggaran dari bawah
ke atas, yakni :
1) Metode
tujuan dan tugas (Objective and task method) dengan menegaskan pada penentuan
tujuan dan anggaran yang disusun secara beriringan. Terdapat 3 langkah yang
ditempuh dalam langkah ini, yakni penentuan tujuan, penentuan strategi dan
tugas yang harus dikerjakan, dan perkiraan anggaran yang dibutuhkan untuk
mencapai tugas dan strategi tersebut.
2) Metode
pengembalian berkala (Payout planning) menggunakan prinsip investasi dimana
pengembalian modal diterima setelah waktu tertentu.Selama tahun pertama,
perusahaan akan mengalami rugi dikarenakan biaya promosi dan iklan masih
melebihi keuntungan yang diterima dari hasil penjualan, Pada tahun kedua,
perusahaan akan mencapai titik impas (break even point) antara biaya promosi
dengan keuntungan yang diterima. Setelah memasuki tahun ketiga, barulah
perusahaan akan menerima keuntungan penjualan. Strategi ini hasilnya dirasakan
dalam jangka panjang
3) Metode perhitungan kuantitatif
(Quantitative models) menggunakan sistem perhitungan statistik dengan mengolah
data yang dimasukkan dalam komputer dengan teknik analisis regresi berganda
(multiple regression analysis). Metode ini jarang digunakan karena kompleks
dalam pemakaiannya.
Perkiraan Penerimaan Negara
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi daftar
sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara
selama satu tahun anggaran. APBN, Perubahan APBN, dan Pertanggungjawaban APBN
setiap tahun ditetapkan dengan Undang-Undang.
Penerimaan APBN diperoleh dari berbagai sumber
yaitu :
§ Penerimaan pajak yang meliputi
1. Pajak Penghasilan (PPh),
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN),
3. Pajak Bumi dan Bangunan(PBB),
4. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB) &Cukai, dan
5. Pajak lainnya seperti Pajak Perdagangan
(bea masuk dan pajak/pungutan ekspor)
§ Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
meliputi
1. Penerimaan dari sumber daya alam,
2. Setoran laba BUMN,
3. Penerimaan bukan pajak lainnya,
Perkiraan
Pengeluaran Negara
v Belanja Negara
Belanja terdiri atas dua jenis:
1. Belanja Pemerintah Pusat, adalah belanja yang digunakan untuk
membiayai kegiatan pembangunan Pemerintah Pusat, baik yang dilaksanakan di
pusat maupun di daerah (dekonsentrasi dan tugas pembantuan). Belanja Pemerintah
Pusat dapat dikelompokkan menjadi: Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal,
Pembiayaan Bunga Utang, Subsidi BBM dan Subsidi Non-BBM, Belanja Hibah, Belanja
Sosial (termasuk Penanggulangan Bencana), dan Belanja Lainnya.
2. Belanja Daerah, adalah belanja yang dibagi-bagi ke
Pemerintah Daerah, untuk kemudian masuk dalam pendapatan APBD daerah yang bersangkutan. Belanja Daerah meliputi:
a) Dana Bagi Hasil
b) Dana Alokasi Umum
c) Dana Alokasi Khusus
d) Dana
Otonomi Khusus
v Pembiayaan
Pembiayaan meliputi:
1. Pembiayaan Dalam Negeri, meliputi
Pembiayaan Perbankan, Privatisasi, Surat Utang
Negara, serta penyertaan modal negara.
2. Pembiayaan Luar Negeri, meliputi:
1) Penarikan Pinjaman Luar Negeri, terdiri
atas Pinjaman Program dan Pinjaman Proyek
2) Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri,
terdiri atas Jatuh Tempo dan Moratorium.
Dasar Perhitungan Perkiraan Penerimaan
Negara
Untuk memperoleh hasil perkiraan
penerimaan Negara,ada beberapa hal pokok yang harus diperhatikan. Hal-hal
tersebut adalah:
v Penerimaan Dalam Negeri dari Migas
Faktor-faktor yang dipertimbangkan adalah :
§ Produksi minyak rata-rata per hari
§ Harga rata-rata ekspor minyak mentah
v Penerimaan Dalam Negeri diluar Migas
Faktor-faktor yang dipertimbangkan adalah :
§ Pajak penghasilan
§ Pajak pertambahan nilai
§ Bea masuk
§ Cukai
§ Pajak ekspor
§ Pajak bumi dan bangunan
§ Bea materai
§ Pajak lainnya
§ Penerimaan bukan pajak
§ Penerimaan dari hasil penjualan BBM
Sumber :
Produk domestik bruto (Gross
Domestic Product) merupakan jumlah produk berupa barang
dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu
negara (domestik) selama satu tahun. Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga
hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang
beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan termasuk
barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang
didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto/kotor.
Pendapatan Nasional adalah pendapatan yang diterima oleh golongan - golongan
masyarakat sebagai bentuk balas jasa sehubungan dengan produksi barang-barang
dan jasa tersebut.
Cara Penghitungan
Pendapatan Nasional
·
Pendekatan
Produksi

a.
Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan
b.
Pertambangan dan penggalian
c.
industri pengolahan
d.
listrik, gas dan air bersih
e.
Bangunan
f.
Perdagangan, restoran dan hotel
g.
pengangkutan dan komunikasi
h.
Keuangan, persewaan bangunan dan jasa perusahaan serta
i. Jasa-jasa
Keterangan :
NI =
Nasional Income (Pendapatan Nasional)
VA = Value Added (Nilai Tambah)
n =
Jumlah sector dalam perekonomian
·
Pendekatan
Pengeluaran
Untuk mengetahui
besarnya pendapatan nasional dengan metode ini maka dilakukan dengan cara menjumlahkan
seluruh pengeluaran masyarakat dari tiaptiap rumah tangga yang ada. Adapun
pengeluaran yang dihitung bukan berasal dari nilai transaksi barang jadi, hal
ini dimaksudkan untuk menghindari perhitungan ganda.
Keterangan :
NI =
Nasional Income (Pendapatan Nasional)
C = Consumption (konsumsi Rumah Tangga)
I = Investment (Investasi)
G = Government (Pemerintah)
X = Export
M = Import
·
Pendekatan Pendapatan
Dalam metode ini
cara yang dilakukan adalah dengan menjumlahkan seluruh pendapatan yang diterima
masyarakat sebagai pemilik faktor produksi atas penyerahan faktor produksinya
kepada perusahaan.
Keterangan :
NI =
Nasional Income (Pendapatan Nasional)
w = wages (Upah)
i = interest (Bunga)
r = rent (sewa)
π = Profit (Laba)
Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable
Income) adalah pendapatan
yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan
selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi. Disposable
income ini diperoleh dari personal
income (PI) dikurangi dengan pajak langsung. Pajak
langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya tidak dapat dialihkan
kepada pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh wajib pajak,
contohnya pajak pendapatan.
Pendapatan Perkapita adalah
besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu Negara. Diperoleh dari pendapatan nasional suatu Negara
pada tahun tertentu dibagi dengan jumlah penduduk suatu negara pada tahun
tersebut
.
Distribusi Pendapatan Nasional & Kemiskinan
Sebagai dasar dari kerangka pemikiran untuk menganalisis
masalah antara pertumbuhan dan kemiskinan atau kesenjangan ekonomi adalah salah
satu metode statik yang umum digunakan untuk mengetimasi sejauh mana pencapaian
tingkat kemerataan dalam distribusi pendapatan atau pengurangan kesenjangan
ekonomi dalam suatu proses pembangunan ekonomi adalah mengukur nilai koefesien
atau rasio gini. Penduduk dikelompokan menjadi tiga kelompok; yaitu penduduk
dengan pendapatan rendah yang merupan 40% dari jumlah penduduk, penduduk dengan
berpendapatan menengah yang merupakan 40% dari jumlah penduduk, dan penduduk
yang berpendapatan tinggi yang merupakan 20% dari jumlah penduduk. Selanjutnya
ketidak merataan pendapatan disuatu ekonomi diukur berdasarkan pendapatan yang
dinikmati oleh 40% penduduk dengan pendapatan rendah.
Penggunaan data pengeluaran konsumsi rumah tangga akan menghasilkandata
pendapatan yang underestimate karena jumlah pendapatan bia lebih besar, sama,
atau lebih kecil dari pada jumlah pengeluaran konsumsi. Misalnya pendapatan
lebih besar tidak selalu berarti pengeluaran konsumsi juga besar. Dalam hal
ini, berarti ada tabungan. Dalam hal ini belum tentu juga bila pendapatan
rendah tidak selalu jumlah konsumsi juga rendah. Banyak rumah tangga memakai
kredit untuk membiayai pengeluran konsumsi tertentu, misalnya untuk membeli
rumah dan mobil untuk biaya sekolah anak, atau bahkan untuk
liburan.Keberhasilan pembangunan di Indonesia tidak hanya di ukur dari
peningkatan pendapatan penduduk secara agregat atau per capital, tetapi juga
(justru lebih penting lagi) di lihat dari distribusi peningkatan pendapatan
tersebut terhadap semua anggota masyarakat. Sekarang ini, tingkat pendapatan
per kapital di Indonesia sudah lebih jauh lebih tinggi dibandingkan dengan 30
tahun yang lalu,
Masalah kemiskinan merupakan dilema bagi Indonesia, terutama melihat kenyataan
bahwa laju pengurangan jumlah orang miskin berdasarkan garis kemiskinan yang
berlaku jauh lebih lambat dari pada lajupertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu
sejak pelita I dimulai hingga saat ini (Repelita VI). Karena kemiskinan
merupakan salah satu masalah ekonomi Indonesia yang serius maka tidak
mengherankan kalau banya studi telah dilakukan mengenai kemiskinan tanah air.
Faktor yang berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap perubahan
kemiskinan. Sebagai contoh sering dikatakan bahwa salah satu penyebab
kemiskinan adalah tingkat pendidikan yang rendah. sebagian besar faktor
tersebut juga saling mempengaruhi satu sama lain. Misalnya dari pekerja yang
bersangkutan sehingga produktivitasnya menurun. Produktifitas menurun
selanjutnya dapat mengakibatkan tingkat upah netonya berkurang, dan seterusnya.
Jadi, dalam kasus ini, tidak mudah untuk memastikan apakah karena pajak naik
atau produktifitasnya yang turun membuat pekerja tersebut menjadi miskin karena
upah netonya menjadi rendah.
Definisi Kemiskinan menurut beberapa ahli
v
Specker
(1993) mengatakan bahwa kemiskinan mencakup
1.
Kekurangan fasilitas fisik bagi kehidupan yang
normal,
2.
Gangguan dan tingginya risiko kesehatan,
3.
Risiko keamanan dan kerawanan kehidupan sosial
ekonomi dan lingkungannya,
4.
Kekurangan pendapatan yang mengakibatkan tidak
bisa hidup layak, dan
5. Kekurangan dalam kehidupan sosial yang dapat
ditunjukkan oleh ketersisihan sosial, ketersisihan dalam proses politik, dan
kualitas pendidik yang rendah.
v Maxwell (2007)
menggunakan istilah kemiskinan untuk menggambarkan keterbatasan pendapatan dan
konsumsi, keterbelakangan derajat dan martabat manusia, ketersingkiran sosial,
keadaan yang menderita karena sakit, kurangnya kemampuan dan ketidakberfungsian
fisik untuk bekerja, kerentanan (dalam menghadapi perubahan politik dan
ekonomi), tiadanya keberlanjutan sumber kehidupan, tidak terpenuhinya kebutuhan
dasar, dan adanya perampasan relatif (relative deprivation).
v
Poli
(1993) menggambarkan kemiskinan sebagai keadaan; ketidakterjaminan
pendapatan, kurangnya kualitas kebutuhan dasar, rendahnya kualitas perumahan
dan aset-aset produktif; ketidakmampuan memelihara kesehatan yang baik,
ketergantungan dan ketiadaan bantuan, adanya perilaku antisosial (anti-social
behavior), kurangnya dukungan jaringan untuk mendapatkan kehidupan yang baik,
kurangnya infrastruktur dan keterpencilan, serta ketidakmampuan dan
keterpisahan.
v Menurut Sallatang (1986) bahwa
kemiskinan adalah ketidakcukupan penerimaan pendapatan dan pemilikan kekayaan
materi, tanpa mengabaikan standar atau ukuran-ukuran fisiologi, psikologi dan
sosial.
v Badan Pusat Statistik (2000),
kemiskinan didefinisikan sebagai pola konsumsi yang setara dengan beras 320
kg/kapita/tahun di pedesaan dan 480 kg/kapita/tahun di daerah perkotaan.
Sumber :
Langganan:
Postingan (Atom)