Senin, 08 Juli 2013
Ia menjadi salah seorang tawanan tentara Romawi. Sebagai seorang
ahli kuda yang gesit, Kaisar Romawi kagum kepadanya sehingga menawarinya untuk
bergabung dengan pasukannya dengan pemberian imbalan yang besar. Tetapi, Abdullah
bin Khudzafah menolaknya sambil mengatakan, “Wallahi, seandainya engkau berikan
kepadaku seluruh kerajaanmu, aku tidak akan lepaskan agama Muhammad yang telah
aku anut ini dan aku tidak akan pernah berkhianat kepada Khalifahku”.
Kaisar berkata, ”Kalau
begitu, siksalah dia dengan siksaan seberat-beratnya.”
Abdullah berkata, ”Kalian
hanya mampu menyiksa tubuhku yang fana, sedangkan jiwaku hanya ada di tangan Allah
Ta’ala.”
Maka, Abdullah bin Khudzafah
disalib lalu di lempari panah sesuai dengan perintah kaisar. Setiap lemparan
panah di sambutnya dengan teriakan, ”La Ilaahaillallah,” hingga panah-panah itu
tidak mengenainya. Menyaksikan kejadian itu, sang kaisar menyuruh
orang-orangnya untuk menyiapkan 1 kuali berisi air mendidih dan memerintahkan Abdullah
bin Khudzafah untuk masuk kedalamnya. Ketika Abdullah Khudzafah memasukinya, ia
pun menangis. Karenanya, kaisar menyangka dia ketakutan. ”Mengapa engkau
menangis?” Tanya kaisar. Abdullah bin Khudzafah menungkas, ”Karena jiwaku hanya
satu. Aku berharap memiliki seratus jiwa yang disiksa di jalan Allah.” Lalu
kaisar berkata, ”Kalau begitu, tahan lah dia”
Abdullah bin Khudzafah
kemudian di masukkan kedalam sel. Lalu dikirimlah kepadanya seorang wanita muda
yang cantik jelita dan genit dengan penampilannya yang merangsang untuk
menggodanya dengan berbagai macam cara. Abdullah bin khudzafah membaca sekuntum
ayat yang berbunyi :
“Dan wanita (Zzulaiha) yang Yusuf tinggal
dirumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup
pintu-pintu, seraya berkata, ”Marilah ke sini “ Yusuf berkata, ”Aku berlindung
kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.” Sesungguhnya
orang-orang yang zalim tiada akan beruntung.”(QS. Yusuf : 23)
Tentara kaisar lalu memasukkan daging babi dan minuman keras
ke dalam sel tahanan Abdullah bin Khudzafah. Maka, selama 3 hari dia
terus-menerus membaca, ”Lailalaillallah” dan tidak mendekati daging babi serta
minuman memabukkan itu.
Kemudian Raja Hiraklius memanggilnya. Ia menyuruh Abdullah
untuk mecium kepalanya baru kemudian akan melepaskannya. Lalu Abdullah bin Khudzafah
menukas, ”Kawan-kawanku juga harus di lepaskan.” Kemudian ia mencium kepala Hiraklius
setelah menyetujui permintaannya itu.
Ketika ia kembali ke Madinah dan menceritakan peristiwa yang
di alaminya kepada Umar bin Khattab, Umar dan para sahabat Rasulullah shallahu
‘alaihi wa sallam pun mencium kepalanya. Semoga Allah SWT meridhai Abdullah bin
Khudzafah.
Novi Fajar
Anggoro. 2009. 69 Pejuang Islam. Surabaya:
Karya Agung
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar